Pembentukan Bumi dan sistem tata surya merupakan hasil dari proses evolusi kosmik yang sangat kompleks dan berlangsung selama miliaran tahun.
Salah satu teori yang paling dominan mengenai asal-usul Bumi dan sistem tata surya adalah hipotesis nebula surya.
Menurut hipotesis ini, sekitar 4,6 miliar tahun yang lalu, ada sebuah awan molekuler raksasa yang dikenal dengan nama nebula surya. Awan ini mulai runtuh karena pengaruh gaya gravitasi yang ada di dalamnya. Runtuhnya nebula menyebabkan terbentuknya sebuah cakram berputar, di mana sebagian besar materi terkumpul di pusat cakram, membentuk proto-matahari atau Matahari muda.
Cakram berputar ini terdiri dari gas dan debu yang terdistribusi di seluruh area, dan partikel-partikel tersebut mulai saling bertabrakan dan bergabung satu sama lain dalam proses yang disebut akresi. Proses akresi ini menghasilkan benda-benda yang lebih besar, yang dikenal sebagai planetesimal. Planetesimal ini kemudian saling bertumbukan dan bergabung, membentuk protoplanet, yang merupakan cikal bakal planet-planet, termasuk Bumi.
Pada tahap ini, proses akresi semakin memperbesar protoplanet yang akan menjadi Bumi. Gaya gravitasi yang semakin kuat akibat bertambahnya massa menyebabkan materi yang lebih berat tenggelam ke dalam pusat, sementara materi yang lebih ringan bergerak ke permukaan, menciptakan kerak yang kita kenal sekarang. Di antara inti dan kerak, terbentuklah mantel, lapisan yang terdiri dari batuan dan mineral yang kurang padat.
Salah satu peristiwa penting yang terjadi selama pembentukan Bumi adalah yang disebut sebagai Hujan Berat Terakhir. Pada masa ini, Bumi mengalami banyak benturan dari asteroid, komet, dan benda langit lainnya. Peristiwa ini sangat sering terjadi dan berdampak pada penambahan materi ke Bumi, yang kemudian berperan dalam distribusi air dan senyawa organik, yang menjadi bahan dasar kehidupan. Keberadaan air yang terbawa oleh benturan-benturan ini, diyakini membantu proses terbentuknya lautan pertama di Bumi.
Salah satu peristiwa besar lainnya dalam pembentukan Bumi adalah terbentuknya Bulan. Menurut teori yang paling banyak diterima, sekitar 4,5 miliar tahun yang lalu, sebuah objek seukuran Mars yang dikenal sebagai Theia bertabrakan dengan Bumi muda. Tabrakan besar ini melepaskan banyak puing-puing ke luar angkasa, dan sebagian besar material tersebut akhirnya berkumpul dan membentuk Bulan. Teori ini juga menjelaskan kesamaan komposisi batuan bulan dengan mantel Bumi, yang diperoleh melalui misi-misi ke Bulan.
Selain itu, pembentukan sistem tata surya melibatkan interaksi gravitasi yang sangat kompleks antara planet-planet dan benda langit lainnya. Selama miliaran tahun, proses ini mengarah pada fenomena yang dikenal sebagai migrasi planet. Dalam fenomena ini, planet-planet bergerak dan bertransformasi ke orbit yang mereka huni sekarang. Proses migrasi planet ini terjadi akibat interaksi gravitasi dengan gas dan planetesimal yang tersisa di nebula surya.
Seiring berjalannya waktu, konfigurasi sistem tata surya mulai menjadi lebih stabil. Planet-planet seperti Bumi, Mars, Venus, dan lainnya akhirnya menemukan orbit yang tetap, sementara planet-planet gas raksasa seperti Jupiter, Saturnus, Uranus, dan Neptunus juga menetap di orbit yang jauh dari Matahari. Proses ini membawa sistem tata surya ke keadaan yang kita kenal sekarang, dengan susunan planet yang jelas dan karakteristik orbit masing-masing.
Bumi dan sistem tata surya telah melalui perjalanan yang panjang dan penuh dinamika, dengan berbagai peristiwa kosmik yang memengaruhi pembentukan planet-planet dan benda langit lainnya. Proses pembentukan ini berlangsung selama miliaran tahun dan berakhir dengan sistem tata surya yang stabil dan planet Bumi yang dapat mendukung kehidupan. Bumi, sebagai bagian dari sistem tata surya ini, terus berevolusi seiring berjalannya waktu, dipengaruhi oleh interaksi dengan berbagai objek langit, termasuk asteroid, komet, dan bahkan Bulan yang mengorbitnya.