Kuliner Kamboja, dengan keseimbangan unik rasa manis, asin, dan asam, telah mulai mendapatkan tempatnya kembali di panggung kuliner global. Sekali tersupresi selama rezim Khmer Merah, resep-resep tradisional Khmer kini sedang dihidupkan kembali, memastikan kelangsungan hidupnya bagi generasi mendatang.
Tokoh-tokoh kunci seperti Chef Nak dan Kimsan Pol memimpin gerakan ini, mencampurkan hasrat kuliner dengan pelestarian budaya, berbagi hidangan Khmer dengan dunia, dan menumbuhkan rasa bangga akan warisan mereka.
Menghidupkan Kembali Warisan Kuliner
Rezim Khmer Merah pada tahun 1970-an meninggalkan dampak yang menghancurkan bagi budaya Kamboja, termasuk kuliner mereka. Resep-resep tradisional, yang berakar dalam berabad-abad sejarah, hampir punah karena larangan ketat terhadap makanan dan memasak. Keluarga-keluarga terpaksa mempersiapkan makanan secara rahasia, sering kali membahayakan konsekuensi yang serius. Selama periode gelap ini, tradisi kuliner tercekat, dan banyak hidangan menghilang dari kehidupan sehari-hari.
Pasca peristiwa tersebut, generasi muda berpaling ke makanan cepat saji modern seperti pizza dan burger, meninggalkan bahan-bahan lokal dan resep-resep terlantar. Di tengah latar belakang ini, sekelompok koki dan advokat budaya mengambil tanggung jawab untuk menghidupkan kembali warisan kuliner Kamboja.
Chef Nak: Duta Kuliner
Salah satu tokoh paling mencolok dalam gerakan ini adalah Chef Ros Rotanak, yang lebih dikenal sebagai Chef Nak. Cintanya pada makanan dimulai sejak usia muda, terinspirasi oleh usaha ibunya menjual sayuran di pasar malam Phnom Penh. Bertekad untuk melestarikan tradisi Khmer, ia melakukan perjalanan ke seluruh Kamboja untuk mendokumentasikan resep-resep dari para tetua desa.
Upayanya memuncak dalam bukunya yang terbit tahun 2019 berjudul "Nhum" dan "Saoy – Royal Cambodian Home Cuisine" tahun 2023, yang meraih pengakuan global sebagai "Buku Masak Terbaik di Dunia". Melalui karyanya, Chef Nak tidak hanya membuat abadi resep-resep tetapi juga merayakan kedalaman budaya masak Khmer. Hidangan seperti sup hmok gabungan lezat ikan air tawar yang direbus dalam pasta sere dan santan kelapa kini dibagikan ke seluruh dunia.
Peran Wanita Khmer dalam Penghidupan Kembali Kuliner
Chef Kimsan Pol, tokoh berpengaruh lainnya, telah bekerja untuk mendefinisikan kembali masakan Khmer melalui restoran-inovatifnya, Embassy Restaurant dan Sombok. Kedua tempat tersebut menawarkan interpretasi yang disempurnakan dari resep-resep tradisional, yang sangat berakar dalam masakan desa.
Upaya Pol tidak hanya sebatas pada makanan. Ia bertujuan untuk memberdayakan wanita dalam industri perhotelan Kamboja dengan mendorong mereka untuk keluar dari peran domestik tradisional dan bangga atas keterampilan kuliner mereka. Tim wanita di bawahnya mencerminkan visinya tentang tempat kerja yang mendukung dan inklusif yang merawat kedewasaan pribadi dan profesional.
Keberhasilan Pelestarian
Pelestarian budaya makan Kamboja melibatkan lebih dari sekadar mengumpulkan resep, itu melibatkan melindungi bahan dan metode memasak yang membuat masakan Khmer begitu unik. Koki-koki seperti Nak dan Pol telah bekerja sama dengan petani lokal untuk memperkenalkan dan membudidayakan tanaman dan rempah-rempah tradisional.
Contohnya, hidangan seperti samlor muktaa (sup mutiara putih) menunjukkan kecerdikan memasak Khmer. Resep langka ini menggunakan mutiara tapioka, biasanya untuk makanan penutup, dalam sup gurih dengan bahan laut dan rempah-rempah. Kreasi semacam itu menunjukkan kedalaman dan kreativitas kuliner Kamboja sambil menginspirasi generasi muda untuk bangga dengan warisan mereka.
Peran Pengaruh Kerajaan
Keluarga kerajaan Kamboja secara historis memainkan peran penting dalam membentuk identitas kuliner negara ini. Puteri Rasmi Sobbhana Norodom, seorang advokat bersemangat bagi kuliner Khmer, menerbitkan "Seni Kuliner Kamboja" pada tahun 1960, mendokumentasikan resep-resep berabad-abad. Wawasan beliau memastikan bahwa banyak hidangan, yang dulu hanya ada di dapur kerajaan, tetap terjaga untuk keturunan.
Pengaruh kuliner kerajaan terus mengilhami para koki saat ini. Teknik memasak tradisional, dipadukan dengan kepekaan modern, membantu menempatkan makanan Khmer sebagai bentuk seni kuliner di panggung internasional.
Masa Depan Penuh Rasa
Renaissance kuliner Kamboja tidak hanya tentang menghidupkan kembali resep-resep, tetapi juga tentang memperlihatkan ketahanan dari masyarakatnya. Dengan merayakan warisan kuliner mereka, masyarakat Kamboja sedang menumbuhkan rasa bangga dan persatuan yang melampaui batas-batas negara.
Koki-koki seperti Nak dan Pol menggunakan makanan sebagai alat bercerita, berbagi perjuangan dan kemenangan bangsanya. Saat mereka menyajikan hidangan yang dipenuhi dengan sejarah dan inovasi, mereka memastikan bahwa rasa Kamboja akan terus menggoda lidah di seluruh dunia.
Melalui upaya ini, kuliner Khmer tidak hanya dilestarikan, mereka berkembang dengan baik, menawarkan cita rasa dari kain budaya Kamboja yang kaya kepada audiens global.