Pada berbagai waktu, hujan lebat dan banjir dapat merusak jerami yang disimpan, menyisakan petani dengan pilihan terbatas untuk mendapatkan kembali investasi mereka.


Beberapa pilihan ini termasuk menggunakan jerami untuk mengisi gerus lama, menyebarkan jerami di padang untuk memungkinkan rumput tumbuh, atau mengomposkan jerami yang rusak. Di antara semua ini, mengomposkan menjadi metode paling efektif untuk menghasilkan nilai dari jerami yang rusak dan meningkatkan produktivitas pertanian.


Menghasilkan Senyawa Berharga melalui Pemusnahan Aerobik


Mengomposkan aerobik adalah penguraian cepat bahan organik, mengubahnya menjadi produk kaya humus yang sangat bermanfaat bagi kualitas tanah. Selama proses ini, suhu tinggi secara alami dihasilkan dan patogen yang mungkin hadir dalam bahan organik mentah. Jika peternakan Anda secara teratur menghasilkan jumlah besar bahan 'limbah' seperti jerami rusak, silase, dan kotoran, mengomposkan adalah cara yang bagus untuk mendaur ulangnya dan meningkatkan kesehatan tanah.


Apa yang Membuat Kompos Berharga?


Kompos kaya akan humus, yang memberikan manfaat jangka panjang bagi tanah. Humus meningkatkan kondisi fisik, kimia, dan biologis tanah, membuatnya lebih subur dan mampu mendukung pertumbuhan tanaman. Proses mengomposkan bahan limbah dapat ekstrak nilai tambahan dari apa yang seharusnya dianggap sebagai limbah. Akibatnya, mengomposkan adalah strategi kunci untuk memaksimalkan manfaat sumber daya organik yang tersedia.


Metode Mengomposkan: Teknik Gulingan Angin


Ada berbagai metode pengomposan yang tersedia, tetapi salah satu yang paling sederhana dan hemat biaya bagi petani adalah Metode Gulingan Angin. Teknik ini melibatkan menumpuk bahan organik ke dalam barisan, menjaga tingkat kelembaban yang tepat, dan kemudian membalik tumpukan untuk mempercepat dekomposisi. Dimensi gulingan angin akan tergantung pada jenis material yang dikomposkan, ruang yang tersedia, dan peralatan yang digunakan.


Dalam operasi berbasis kotoran, gulingan angin biasanya mencapai ketinggian 1,5 meter, dengan dasar melintang 2 hingga 3 meter lebar. Panjangnya bisa bervariasi, tergantung pada ruang yang tersedia.


Persyaratan Dasar untuk Mengompos dengan Efektif


1. Oksigen


Mikroba pengomposan memerlukan pasokan oksigen konstan untuk berkembang. Udara segar mengandung 21% oksigen, tetapi di dalam tumpukan pengomposan, oksigen dikonsumsi oleh mikroba saat mereka menguraikan bahan organik. Menjaga tingkat oksigen setidaknya 10% dalam tumpukan adalah krusial untuk memastikan bahwa mikroba aerobik tetap aktif dan efektif untuk menguraikan material.


Untuk menjaga tingkat oksigen, balik tumpukan secara teratur dan pastikan campuran partikel kecil dan lebih besar yang bisa menyimpan udara seperti jerami atau serpihan kayu. Limbah dengan kadar air tinggi, seperti kotoran, perlu dicampur dengan material berstruktur untuk memfasilitasi aliran udara.


2. Kelembaban


Kelembaban merupakan faktor penting lain dalam proses pengomposan. Idealnya, kompos harus memiliki kandungan kelembaban sekitar 50 hingga 60%. Kompos sebaiknya terlihat basah tapi tidak melepaskan kelembaban saat diperas. Jika kompos terlalu kering, aktivitas mikroba akan melambat, sementara kelembaban berlebih dapat menyebabkan kondisi anaerob, menciptakan bau tak sedap dan menghambat pengomposan. Saat bekerja dengan material kering seperti jerami yang rusak, penting untuk menghidrasikannya sebelum dicampur dengan kotoran. Sebarkan jerami terlebih dahulu dan biarkan menyerap hujan atau gunakan selang penebar untuk melembabkannya.


Rasio Karbon ke Nitrogen (C:N) dan Nutrisi


Rasio karbon ke nitrogen (C:N) dari bahan kompos Anda memainkan peran utama dalam seberapa cepat kompos terurai. Nitrogen berfungsi sebagai bahan bakar bagi mikroba, memungkinkan mereka untuk memecah karbon. Keseimbangan yang tepat antara karbon dan nitrogen sangat penting. Rasio C:N ideal sekitar 30:1 mendorong aktivitas mikroba yang sehat dan dekomposisi yang efektif.


Nutrisi lain seperti sulfur, fosfor, dan unsur jejak juga berperan dalam proses pengomposan. Nutrisi-nutrisi ini seringkali melimpah dalam kotoran, yang membuatnya menjadi bahan kompos berharga.