Penelitian mengenai kejadian geologis purba menunjukkan bahwa planet kita memiliki "detak jantung" geologis yang berlangsung perlahan dan stabil setiap sekitar 270.000 tahun.
Kejadian geologis intens ini, yang mencakup vulkanisme, kepunahan spesies, reorganisasi lempeng tektonik, dan kenaikan permukaan laut, adalah fenomena yang sangat lambat dan bencana yang terjadi secara bergelombang setiap 275.000 tahun. Namun, untungnya, para peneliti meyakini bahwa kita masih memiliki waktu sekitar 20 juta tahun lagi sebelum "denyut" berikutnya terjadi.
Sebuah studi yang diterbitkan pada November 2021 di Geoscience Frontiers oleh para peneliti dari New York dan California telah membantu mengungkap sebuah fakta penting tentang planet kita yang memiliki implikasi besar bagi kita: Bumi memiliki "denyut," atau lonjakan reguler dalam aktivitas geologi. Peneliti menemukan denyut ini dengan mengamati kepunahan massal, sebuah topik yang sangat penting untuk kita ketahui karena ini adalah satu-satunya planet yang kita tinggali saat ini.
Para peneliti dari Universitas New York menemukan bahwa selama 260 juta tahun, peristiwa geologi global biasanya terkumpul pada 10 titik waktu yang berbeda, yang dikelompokkan dalam puncak atau denyut yang terpisah sekitar 27,5 juta tahun. Meskipun ini tentu sangat menarik karena memberikan data tambahan yang menunjukkan adanya ritme konsisten dalam aktivitas dan siklus kehidupan di Bumi, para peneliti dalam studi ini belum bisa memahami mengapa Bumi memiliki denyut tersebut.
Beberapa teori menyarankan bahwa kekuatan internal yang ada di dalam dan di luar Bumi, seperti magmatisme, aktivitas tektonik, dan perubahan iklim, dapat menjelaskan pola siklikal ini. Teori lain mengarah pada perubahan yang terus-menerus dalam siklus orbit planet kita, serta fakta bahwa sistem tata surya kita juga memiliki gerakan siklikal di Galaksi Bima Sakti setiap sekitar 30 juta tahun.
Apapun alasannya, studi ini menunjukkan bahwa data yang ada sangat jelas: setiap 27,5 juta tahun, kita dapat mengharapkan peningkatan aktivitas geologi, yang biasanya berujung pada kepunahan massal. Namun, jangan khawatir, karena 27,5 juta tahun adalah waktu yang sangat lama bagi umat manusia. Saat ini kita berada di antara dua denyut: penelitian menunjukkan bahwa denyut berikutnya diperkirakan akan terjadi sekitar 20 juta tahun ke depan.
Sebagai gambaran, saat dinosaurus punah sekitar 65 juta tahun yang lalu, hewan-hewan modern seperti beruang, gagak, dan paus, yang pertama kali muncul sekitar 20 juta tahun yang lalu, baru saja mulai muncul dalam garis waktu evolusi. Teori yang mencoba menjelaskan pulsa Bumi ini menyarankan bahwa mungkin ada hubungan dengan materi gelap di alam semesta. Beberapa peneliti berpendapat bahwa peningkatan materi gelap dapat meningkatkan aktivitas astronomi yang menyebabkan meteor dan asteroid lebih sering datang, serta meningkatkan aktivitas vulkanik di Bumi. Semua ini bisa menyebabkan peristiwa kepunahan massal, seperti yang tercatat dalam penelitian ini, meskipun para ilmuwan masih memiliki banyak hal yang perlu dipelajari mengenai materi gelap sebelum mereka bisa menentukan apakah ini benar-benar menjadi penyebab denyut Bumi.
Penelitian ini memberi kita wawasan baru yang luar biasa tentang cara Bumi berfungsi, mengungkapkan bahwa ada pola yang mungkin tidak kita sadari selama ini. Namun, meskipun kita masih jauh dari mengetahui semua rincian penyebab fenomena ini, satu hal yang pasti: waktu kita tidak terbatas. Anda masih punya banyak waktu untuk menikmati kehidupan di Bumi sebelum "denyut" berikutnya terjadi. Tapi tetap waspada, karena ilmu pengetahuan terus berkembang dan mungkin kita akan menemukan lebih banyak lagi kejutan tentang bagaimana alam semesta dan planet kita saling terkait.