AlphaGo, sebuah sistem kecerdasan buatan (AI) yang revolusioner, tercatat sebagai AI pertama yang berhasil mengalahkan pemain Go profesional dan bahkan juara dunia Go. Dikembangkan oleh tim yang dipimpin oleh Demis Hassabis di Google DeepMind, AlphaGo dibangun dengan prinsip "deep learning" atau pembelajaran mendalam.


Nama AlphaGo sendiri merupakan gabungan dari kata "Alpha," yang merujuk pada huruf pertama dalam abjad Yunani, yang melambangkan "awal" atau "pertama," dan "Go," yang merujuk pada permainan papan kuno asal Tiongkok yang sudah ada sejak ribuan tahun lalu.


Komponen Utama AlphaGo


Sistem AlphaGo terdiri dari beberapa komponen utama yang saling bekerja sama untuk menghasilkan strategi permainan yang sangat kuat. Beberapa komponen tersebut antara lain:


- Move Network (Jaringan Gerakan): Komponen ini memprediksi atau memilih langkah berikutnya berdasarkan posisi permainan saat ini.


- Fast Moves (Gerakan Cepat): Berfungsi mirip dengan Move Network, namun eksekusinya 1000 kali lebih cepat meskipun dengan kompromi dalam kualitas gerakan.


- Estimation Network (Jaringan Estimasi): Komponen ini memperkirakan kemungkinan siapa yang akan menang, apakah pemain hitam atau putih, berdasarkan posisi permainan saat ini.


- Monte Carlo Tree Search (Pencarian Pohon Monte Carlo): Menghubungkan ketiga komponen di atas dan menghasilkan sistem yang utuh dan efisien.


Selain itu, AlphaGo juga membutuhkan dua versi dasar tambahan untuk membuat pilihan langkah. Salah satu versi ini adalah Reinforcement Learning (RL) Policy Network, yang dilatih dengan menggunakan jutaan permainan simulasi untuk meningkatkan kualitas seleksi langkah. Pelatihan ini lebih canggih dibandingkan pelatihan awal yang hanya meniru permainan manusia. Melalui simulasi permainan yang lengkap, jaringan ini belajar untuk memilih langkah yang lebih berpotensi menghasilkan kemenangan.


Pencapaian Luar Biasa AlphaGo


Pencapaian AlphaGo sangat mengesankan. Pada bulan Maret 2016, AlphaGo menghadapi juara dunia Go profesional, Lee Sedol, seorang pemain Go dengan peringkat sembilan-dan, dalam sebuah pertandingan yang sangat dinantikan. AlphaGo keluar sebagai pemenang dengan skor 4-1, menandai kemenangan pertama AI atas manusia di level profesional Go.


Kemudian, pada akhir tahun 2016 dan awal 2017, AlphaGo kembali menunjukkan kekuatannya dengan memenangkan 60 pertandingan berturut-turut melawan para master Go dari Tiongkok, Jepang, dan Korea Selatan. Pertandingan-pertandingan ini dilakukan di sebuah situs catur Tiongkok, di bawah nama alias "Master."


Pada Mei 2017, di Go Summit di Wuzhen, Tiongkok, AlphaGo kembali mengalahkan juara Go nomor satu dunia, Ke Jie, dengan skor 3-0. Prestasi ini semakin menegaskan posisi AlphaGo sebagai sistem AI yang telah melampaui kemampuan pemain Go profesional manusia.


Mengakhiri Era AlphaGo dan Lahirnya AlphaGo Zero


Setelah kemenangan spektakuler di Wuzhen, pada tanggal 27 Mei 2017, tim AlphaGo mengumumkan bahwa mereka akan menghentikan partisipasi AlphaGo dalam turnamen Go. Namun, pada tanggal 18 Oktober 2017, tim DeepMind memperkenalkan versi terbaru AlphaGo yang lebih kuat lagi, yaitu AlphaGo Zero.


AlphaGo Zero memiliki kemampuan yang lebih superior dibandingkan versi sebelumnya. Ia tidak lagi membutuhkan data dari permainan manusia untuk belajar, tetapi justru memulai pelatihan dengan hanya mengetahui aturan permainan Go. AlphaGo Zero berlatih dengan bermain melawan dirinya sendiri, tanpa bantuan data permainan manusia, dan dalam waktu singkat berhasil mencapai level permainan yang jauh lebih tinggi daripada AlphaGo sebelumnya.


Manusia Mengalahkan AI: Kaelin B. Perrin vs KataGo


Dalam perkembangan terbaru, tercatat bahwa seorang pemain Go asal Amerika Serikat, Kaelin B. Perrin, berhasil mengalahkan sistem Go terkemuka, KataGo, yang dianggap setara dengan AlphaGo. Kemenangan Perrin ini merupakan pencapaian luar biasa bagi pemain manusia di tengah dominasi AI dalam dunia Go. Keberhasilan ini didapatkan setelah Perrin melakukan analisis mendalam terhadap sistem permainan AI dan mengidentifikasi kelemahan-kelemahan yang dapat dimanfaatkan untuk mengalahkan AI.


Pencapaian Perrin ini menyoroti sinergi yang terus berkembang antara keahlian manusia dan kecanggihan kecerdasan buatan. Meskipun AI semakin kuat, keahlian manusia dalam membaca permainan dan merencanakan strategi tetap menjadi faktor penting dalam menghadapi sistem AI yang sangat canggih.


AlphaGo telah meninggalkan jejak yang mendalam dalam dunia permainan Go dan kecerdasan buatan. Dari mengalahkan juara dunia Go hingga melahirkan versi yang lebih kuat, AlphaGo telah memperlihatkan bagaimana AI dapat mengubah cara kita melihat permainan dan strategi. Meskipun AI seperti AlphaGo dan KataGo menjadi dominan, kemenangan Kaelin B. Perrin menunjukkan bahwa kemampuan manusia dalam memahami dan mengeksploitasi kelemahan AI tetap menjadi faktor penting dalam persaingan ini. Dengan perkembangan terus-menerus dalam teknologi AI, kita dapat berharap untuk melihat lebih banyak kemajuan yang mengubah wajah dunia permainan Go di masa depan.