Taklamakan, yang berarti "masuk dan keluar" dalam bahasa Uyghur, adalah sebuah gurun yang telah digunakan sejak zaman kuno untuk memperpendek jarak antara utara dan selatan. Melintasi gurun ini dapat memangkas jarak antara utara dan selatan, namun, banyak orang sejak zaman dahulu tidak mempercayainya.


Pada tahun 1895, Sven Hedin, seorang penjelajah terkenal asal Swedia, melakukan perjalanan pertama ke Gurun Taklamakan dengan ambisi besar. Namun, karena kurangnya pengalaman, ekspedisinya hampir hancur total, meninggalkannya seorang diri merangkak dengan kesedihan menuju saluran kering Sungai Hetian, di mana sebuah mata air menyelamatkan hidupnya. Karena itu, dia memberi Taklamakan julukan "Laut Kematian".


Jalan gurun ini awalnya dibangun untuk memanfaatkan sumber daya minyak di Cekungan Tarim. Pada tahun 1970-an dan 1980-an, cadangan minyak besar ditemukan di Cekungan Tarim yang terletak di Xinjiang. Ladang minyak tersebut berada di dalam gurun, dan masalah utama yang dihadapi adalah transportasi. Agar eksplorasi, pengembangan, dan pengangkutan sumber daya minyak dan gas di gurun lebih mudah, sangat penting untuk membangun jalan-jalan gurun.


Jalan gurun pertama yang dibangun disebut Jalan Minyak Gurun Tarim, yang pembangunannya dimulai pada tahun 1993. Pembangunannya melibatkan hampir 20 lembaga penelitian dan lebih dari 200 ahli serta teknisi yang bekerja tanpa lelah untuk mengatasi tantangan yang ada. Berkat kerja keras seluruh pihak yang terlibat, jalan Gurun Tarim ini selesai dibangun dalam waktu dua setengah tahun.


Bagi para pengunjung yang ingin melintasi Gurun Tarim, Jalan Gurun Tarim menawarkan kondisi terbaik. Menyusuri gurun sepanjang jalan ini dengan mobil hanya memakan waktu sekitar lima jam, dan pengunjung dapat menikmati pemandangan gurun yang eksotik serta pohon-pohon poplar yang berusia ribuan tahun sepanjang perjalanan.


Curah hujan tahunan rata-rata di Gurun Taklamakan hanya sekitar 25 mm, sementara tingkat penguapan tahunan rata-rata 150 kali lebih tinggi. Pada tahun 2003, proyek penghijauan jalan gurun dimulai, dengan panjang mencapai 436 kilometer dan lebar antara 72 hingga 78 meter. Seluruh jalur hijau ini diairi dengan teknologi irigasi tetes, dengan stasiun pemompaan air yang dibangun setiap sekitar 2 km dan dikelola oleh penjaga yang memelihara taman sepanjang tahun. Konsumsi air tahunan total tidak melebihi 6 juta meter kubik, dan jumlah bibit yang ditanam mencapai lebih dari 18 juta, menjadikannya sebagai koridor hijau gurun pertama di dunia.


Di sepanjang jalan gurun ini, terdapat 108 rumah sumur air, masing-masing dijaga oleh sepasang suami istri. Setiap hari, mereka merawat stasiun perlindungan air tempat mereka tinggal, sambil berjalan menyusuri kilometer jalan yang menjadi tanggung jawab mereka. Tugas mereka adalah merawat vegetasi tepi jalan yang rapuh dan memastikan bahwa saluran irigasi tetes tetap utuh. Mereka juga harus bertahan melawan kondisi ekstrem seperti perbedaan suhu yang sangat tinggi, sinar matahari yang terik, serta kekeringan yang berat, dan menghadapi badai pasir dan angin yang tak henti-hentinya. Dalam kesendirian yang luas, mereka harus menahan rasa bosan dan menjalankan pekerjaan yang berulang setiap hari, namun tetap setia menjaga jalur hijau ini dengan tekad yang kuat.


Pembangunan jalan gurun ini akhirnya memainkan peran kunci dalam pengembangan wilayah Xinjiang di Tiongkok. Sekarang, jalan ini tidak hanya menjadi jalur transportasi yang vital untuk pengangkutan minyak dan gas, tetapi juga menarik wisatawan yang datang untuk menikmati keindahan gurun dan belajar lebih banyak tentang perjuangan para penjaga dan pentingnya pelestarian lingkungan. Kami berharap para pengunjung datang dengan semangat untuk menikmati perjalanan ini sembari melindungi lingkungan dan menghargai kerja keras para petugas perawatan irigasi!