Menyatakan cinta kepada semua anak tidak berarti memperlakukan mereka dengan cara yang sama. Gagasan mengenai anak favorit dalam keluarga sering kali terlihat meskipun orang tua mengklaim berlaku adil. Dalam sebuah episode serial The Crown, Pangeran Philip mempertanyakan Ratu Elizabeth II mengenai anak favoritnya. Secara implisit, ia menyarankan bahwa anggota keluarga dapat dengan mudah mengenali adanya favoritisme. Urutan kelahiran, temperamen, dan jenis kelamin adalah faktor yang dapat memengaruhi cara orang tua mendidik anak-anak mereka dan mungkin menyebabkan perlakuan favorit, seperti yang ditemukan dalam sebuah studi yang dilakukan oleh American Psychological Association.


- Menyadari Anak yang Diutamakan:


Temuan Studi


Berdasarkan meta-analisis dari 30 studi dan 14 database yang melibatkan lebih dari 19.000 individu, para peneliti mengidentifikasi pola-pola yang menunjukkan perlakuan lebih menguntungkan terhadap anak perempuan dan anak yang menunjukkan sifat teliti serta setuju (agreeable). Karakteristik-karakteristik ini sering kali memengaruhi interaksi orang tua dengan anak dan alokasi sumber daya dalam dinamika keluarga.


Siapa yang Cenderung Menjadi Favorit?


Anak-anak yang menunjukkan sifat teliti dan mudah bergaul cenderung diperlakukan lebih baik oleh orang tua mereka. Dr. Alexander Jensen, penulis utama studi tersebut, menjelaskan bahwa tanggung jawab dan temperamen anak, bukan hanya urutan kelahiran atau dinamika keluarga, yang menjadi faktor pendorong favoritisme dalam keluarga.


- Dampak dari Favoritisme


Keuntungan bagi Anak yang Diutamakan


Anak-anak yang menerima perlakuan lebih menguntungkan sering kali mendapat manfaat dalam berbagai hal, seperti kesehatan mental yang lebih baik, kemampuan regulasi emosional yang lebih kuat, kinerja akademis yang lebih tinggi, dan hubungan interpersonal yang lebih sehat. Perhatian lebih dari orang tua dapat memberikan anak-anak ini rasa percaya diri yang lebih besar dalam menghadapi tantangan hidup.



Potensi Tantangan bagi Anak yang Diutamakan


Meski diperlakukan sebagai anak favorit bisa tampak menguntungkan, hal ini juga bisa membawa dampak negatif. Salah satunya adalah kemungkinan anak menjadi terlalu dimanjakan, yang mengurangi kesempatan untuk mengembangkan keterampilan hidup yang penting. Selain itu, tekanan untuk selalu mendapatkan perhatian atau persetujuan orang tua dapat membatasi kebebasan pribadi anak dan menghambat perkembangan diri mereka.



Dampak pada Saudara Kandung yang Lain


Anak-anak yang merasa dirinya kurang diutamakan dapat menghadapi risiko tantangan emosional dan psikologis. Mereka mungkin mengalami kesulitan di sekolah, hubungan keluarga yang tegang, dan masalah dalam kesejahteraan emosional. Selain itu, mereka juga cenderung menghadapi masalah perilaku yang lebih besar, karena perasaan tidak diperhatikan atau kurang dihargai.


- Menjaga Keseimbangan Perlakuan Orang Tua :


Kejujuran dan Kesadaran


Menyadari dan mengatasi perbedaan dalam perlakuan adalah hal yang sangat penting. Orang tua harus berusaha memastikan bahwa anak-anak mereka memahami alasan di balik perbedaan pendekatan tersebut. Dr. Jensen menekankan pentingnya keadilan dan kejelasan dalam cara orang tua mengatur dinamika keluarga, karena ini dapat membantu meminimalkan dampak negatif dari ketidaksetaraan yang dirasakan oleh anak.



Peran Humor dalam Menyikapi Ketidakseimbangan


Humor positif bisa menjadi alat yang bermanfaat untuk meredakan ketegangan, asalkan tidak digunakan untuk merendahkan atau mempermalukan anak. Misalnya, ketika salah satu putri Jensen mengeluh tentang jumlah gaun yang lebih sedikit dibandingkan saudara perempuannya, ia menjelaskan bahwa saudara perempuannya menerima gaun-gaun itu sebagai pakaian bekas. Penjelasan ini memuaskan sang anak dan mengatasi masalah tersebut. Dengan pendekatan yang seperti ini, anak-anak dapat memahami kondisi yang ada tanpa merasa terabaikan.



Kesadaran dan Komunikasi Orang Tua


Kesadaran orang tua terhadap perlakuan yang berbeda terhadap anak sangat penting. Mengakui dan berbicara tentang perlakuan yang tidak setara dapat memfasilitasi praktik pengasuhan yang lebih adil dan transparan. Dalam hal ini, komunikasi terbuka dengan anak-anak untuk menangani ketidakseimbangan dalam perlakuan sangatlah penting untuk memastikan pendekatan pengasuhan yang seimbang dan menghargai keunikan masing-masing anak. Keseimbangan ini tidak hanya mendukung perkembangan anak secara fisik dan emosional, tetapi juga membantu membangun hubungan yang lebih harmonis dalam keluarga.



Mengapa Perlakuan Tidak Sama Itu Normal?


Perlakuan berbeda dalam keluarga bukan berarti menciptakan ketidakadilan, melainkan cara orang tua menanggapi kebutuhan setiap anak yang berbeda. Sebagai contoh, anak yang lebih sensitif mungkin membutuhkan lebih banyak perhatian atau pendekatan yang lebih lembut, sementara anak yang lebih independen mungkin diberi ruang lebih. Dengan menyadari kebutuhan individual ini, orang tua bisa memberikan perhatian yang tepat tanpa terjebak dalam jebakan favoritisme yang berpotensi merusak.


Di sisi lain, orang tua juga harus menghindari memberikan perlakuan yang terlalu berbeda antara anak-anak mereka tanpa alasan yang jelas, karena hal ini dapat menimbulkan rasa cemburu dan persaingan yang merugikan. Orang tua harus berusaha untuk tidak hanya memprioritaskan salah satu anak, tetapi juga memberi perhatian yang cukup kepada anak lainnya, memperlakukan mereka dengan rasa hormat dan perhatian yang sama, meski setiap anak memiliki keunikan masing-masing.


Kesimpulan


Favoritisme dalam keluarga bukanlah sesuatu yang jarang terjadi. Meskipun sulit untuk sepenuhnya menghindari perbedaan dalam perlakuan, orang tua yang menyadari adanya kecenderungan ini dan berusaha untuk mengkomunikasikan alasan di baliknya bisa membantu menciptakan lingkungan yang lebih sehat dan harmonis untuk semua anggota keluarga. Dengan pendekatan yang jujur dan adil, serta perhatian terhadap kebutuhan setiap anak, orang tua dapat memastikan bahwa meskipun ada perbedaan perlakuan, semua anak tetap merasa dicintai dan dihargai.