Meraih medali Olimpiade merupakan pencapaian luar biasa yang membawa penghormatan, kebanggaan, dan pengakuan global bagi para atlet. Namun, tahukah Anda bahwa banyak negara memberikan insentif tambahan kepada atlet peraih medali mereka? Mulai dari hadiah uang tunai, rumah, hingga ternak, berbagai negara memiliki cara unik untuk menghargai dan mendorong atlet mereka.


Rumah Baru untuk Sang Juara


Pada 26 Juli lalu, atlet angkat besi Hidilyn Diaz mencatatkan sejarah dengan meraih medali emas Olimpiade pertama bagi Filipina di kategori 55kg putri, menjadikannya pahlawan nasional. Kemenangannya tidak hanya membawa kebanggaan besar bagi negaranya, tetapi juga mengubah hidupnya. Selain mendapatkan pujian, Diaz menerima lebih dari $600,000 dalam bentuk hadiah uang tunai, termasuk kontribusi dari Komisi Olahraga Filipina dan bahkan dari Presiden Duterte. Dia juga diberi dua rumah baru, salah satunya adalah kondominium mewah yang disumbangkan oleh seorang pengusaha ternama.


Bagi seorang atlet dengan penghasilan bulanan sekitar $500 sebagai anggota Angkatan Udara Filipina, hadiah-hadiah tersebut sangat mengubah hidupnya. Menariknya, Diaz berlatih untuk Olimpiade Tokyo tanpa akses ke gym yang layak, sering berbagi peralatan dengan atlet lain, dan menghabiskan 18 bulan terjebak di Malaysia akibat pandemi saat mempersiapkan kemenangan bersejarahnya.


Perbedaan Hadiah Uang yang Mencolok


Hadiah uang untuk medali Olimpiade bervariasi secara signifikan antara negara-negara. Negara-negara dengan sejarah dominasi Olimpiade yang panjang, seperti Amerika Serikat atau Australia, cenderung lebih fokus pada investasi dalam pelatihan dan fasilitas, daripada memberikan hadiah uang langsung. Sementara itu, negara-negara dengan kesuksesan Olimpiade yang lebih sedikit sering menawarkan bonus yang cukup besar untuk mendorong atlet mereka.


Misalnya, Malaysia menjanjikan $241,000 untuk medali emas, $150,000 untuk perak, dan $24,000 untuk perunggu. Meskipun telah berpartisipasi dalam 13 Olimpiade, negara ini hanya meraih 11 medali, menjadikan setiap kemenangan sangat berarti. Pada 2 Agustus, Malaysia hanya meraih satu medali perunggu di cabang bulu tangkis ganda putra pada Olimpiade Tokyo 2020.


Sebaliknya, negara-negara dengan banyak medali seperti Australia menawarkan hadiah yang jauh lebih sedikit. Dengan lebih dari 500 medali Olimpiade dalam sejarah dan lebih dari 30 medali yang sudah diraih di Tokyo hingga 29 Juli, para peraih medali Australia mendapatkan bonus yang jauh lebih kecil, bahkan kurang dari sepersepuluh dari hadiah yang diterima oleh atlet Malaysia.


Mobil Mewah dan Hadiah Perumahan


Di beberapa negara, atlet menerima hadiah lebih dari sekadar uang tunai. Beberapa negara bahkan memberikan mobil mewah dan rumah sebagai bagian dari penghargaan mereka, selain bonus uang tunai. Hadiah-hadiah nyata ini menambah lapisan prestise pada pencapaian para atlet tersebut.


Hadiah Tidak Biasa: Sapi Sebagai Trofi


Dalam beberapa kasus yang lebih tidak konvensional, atlet menerima ternak sebagai hadiah. Misalnya, para atlet dayung Afrika Selatan, Sizwe Ndlovu, Matthew Brittain, John Smith, dan James Thompson, yang meraih medali emas di cabang dayung empat putra ringan pada Olimpiade London 2012, masing-masing menerima seekor sapi sebagai hadiah. Hadiah unik ini diberikan oleh seorang pengusaha dan koki televisi, sebagai simbol penghargaan dari komunitas terhadap kemenangan mereka.


Promosi Pekerjaan, Kenaikan Gaji, dan Pembebasan dari Wajib Militer


Medali Olimpiade juga bisa membuka jalan bagi kemajuan karier. Atlet angkat besi India, Mirabai Chanu, yang meraih medali perak di Tokyo, tidak hanya menerima $350,000 dalam bentuk hadiah uang, tetapi juga mendapatkan promosi dari tempat kerjanya, Indian Railways.


Di Korea Selatan, beberapa atlet pria mendapatkan pembebasan dari wajib militer selama 18 bulan sebagai imbalan atas medali Olimpiade yang mereka raih. Namun, pembebasan ini hanya berlaku bagi mereka yang meraih medali Olimpiade. Dua pegolf Korea Selatan, Sungjae Im dan Si Woo Kim, berkompetisi dengan harapan mendapatkan hak istimewa ini, tetapi akhirnya gagal mencapai podium.


Hadiah Dermawan Selama Beberapa Dekade


Memberikan hadiah kepada peraih medali Olimpiade bukanlah hal baru. Praktik ini dimulai sejak 1980-an dan semakin berkembang seiring berjalannya waktu. Perenang Singapura, Joseph Schooling, yang terkenal karena mengalahkan Michael Phelps untuk meraih medali emas di cabang 100m gaya kupu-kupu pada Olimpiade Rio 2016, menerima hadiah uang sebesar $750,000 dari pemerintah Singapura.


Bagi banyak atlet, hadiah-hadiah ini lebih dari sekadar penghargaan; mereka menjadi sumber penghidupan yang sangat penting. Banyak atlet, terutama di cabang olahraga yang kurang populer, kesulitan untuk mendapatkan sponsor atau stabilitas keuangan di luar siklus Olimpiade. Sebagai contoh, pesenam Brasil, Rebeca Andrade, yang mengejutkan dunia dengan meraih dua medali di Tokyo 2020, sangat bergantung pada dana pemerintah.


Survei yang dilakukan oleh organisasi Global Athlete pada Februari 2021 menemukan bahwa hampir 60% atlet elit di 48 negara merasa tidak aman secara finansial. Beberapa atlet, termasuk yang berasal dari negara-negara besar seperti Amerika Serikat, bahkan harus mengandalkan crowdfunding untuk menutupi biaya Olimpiade mereka. Atlet sepeda BMX asal Inggris, Bethany Shriever, terpaksa mencari dana publik setelah pemotongan anggaran membuatnya tak mampu bertanding tanpa dukungan finansial.


Tantangan Pandemi


Pandemi COVID-19 semakin memperburuk kesulitan finansial bagi banyak atlet, karena banyak acara yang dibayar ditunda atau dibatalkan. Meskipun tantangan ini ada, atlet seperti Hidilyn Diaz tetap bertahan. Setelah meraih medali emas, Diaz mengungkapkan rasa syukur dan ketahanannya, mengatakan, "Meskipun pandemi, kami datang ke sini dan membawa pulang medali." Kemenangannya menjadi bukti semangat atlet di seluruh dunia: "Tidak ada yang mustahil," tegasnya. Dengan hadiah yang beragam, mulai dari uang tunai, rumah, hingga peluang karier, para atlet ini membuktikan bahwa kerja keras dan tekad dapat menghasilkan hasil yang luar biasa, baik di dalam maupun di luar podium.