Pernahkah Anda bertanya-tanya mengapa sebagian besar episode TV berdurasi 45 menit atau mengapa lagu-lagu biasanya sekitar 4 menit?
Jawaban atas pertanyaan-pertanyaan ini ternyata berakar pada sejarah, teknologi, dan bahkan ekonomi, yang menciptakan fenomena yang disebut dengan path dependency. Artikel ini akan membahas mengapa durasi ini menjadi standar yang bertahan hingga saat ini.
Durasi Episode TV 45 Menit
Di Tiongkok, episode TV secara konsisten memiliki durasi 45 menit, sebuah standar yang dirancang untuk mencegah stasiun televisi memasukkan iklan di tengah-tengah tayangan. Tetapi mengapa tepatnya 45 menit? Jawabannya terletak pada sejarah produksi televisi.
Pada era pra-digital, film reel digunakan untuk merekam dan menyiarkan film dan acara TV. Reel ini hanya mampu memuat sekitar 15 menit tayangan, yang membuat durasi yang dapat dibagi oleh 15 menjadi norma. Film pendek durasinya 15 atau 30 menit, episode TV biasanya berdurasi 45 menit, dan film panjang biasanya berdurasi 90 atau 120 menit.
Pembagian durasi ini juga disesuaikan dengan rentang perhatian penonton. Televisi gratis di rumah memfasilitasi waktu tontonan yang lebih singkat, sementara pergi ke bioskop dengan biaya tiket lebih tinggi menjadikan durasi lebih panjang sebagai hal yang wajar. Namun, film yang terlalu panjang sering kali menyebabkan gangguan, seperti waktu istirahat ke toilet, yang mengganggu kenyamanan menonton.
Jika sutradara memaksakan durasi yang tidak biasa, misalnya 46 menit atau 121 menit hal ini akan menimbulkan masalah logistik dan finansial. Setiap reel tambahan memerlukan biaya yang mahal, berat, dan sulit untuk dikelola. Bioskop pun sering berbagi reel untuk mengurangi biaya, dengan mengatur jadwal agar reel dapat berpindah antar lokasi. Sebuah film berdurasi 121 menit, misalnya, mengganggu sistem ini dan memaksa studio untuk memotong beberapa bagian film.
Seiring dengan kemajuan teknologi digital, Amerika Serikat mengadopsi format TV yang lebih fleksibel: drama 40 menit dan sitkom 20 menit. Alasan utamanya adalah untuk menyesuaikan dengan waktu iklan. Sebuah episode berdurasi 40 menit dengan 20 menit iklan memenuhi slot waktu satu jam, sementara sitkom 20 menit dengan 10 menit iklan pas di slot waktu setengah jam. Hal ini memudahkan pelacakan rating, yang sangat penting untuk menjual ruang iklan. Keputusan penjadwalan lebih mengutamakan keterlibatan penonton daripada pertimbangan artistik.
Mengapa Lagu Durasi 4 Menit?
Durasi lagu juga dipengaruhi oleh keterbatasan teknologi. Pada era vinyl, rekaman hanya bisa memuat sekitar 5 menit audio di setiap sisi. Akibatnya, lagu-lagu dibatasi durasinya sekitar 4 menit, sebuah standar yang bertahan hingga saat ini meskipun teknologi sudah berkembang.
Pada masa vinyl, single menjadi produk dominan di pasar. Artis merekam satu lagu utama untuk sisi A dan sering kali menambahkan lagu bonus di sisi B. Kebiasaan ini membentuk standar lagu berdurasi 4 menit. Meskipun teknologi berkembang dan rekaman dapat memuat hingga 30 menit audio, industri musik tetap mempertahankan konvensi ini.
Beberapa band seperti Queen atau Pink Floyd bereksperimen dengan lagu berdurasi lebih panjang, mendorong batasan kreativitas. Namun, sebagian besar artis tetap memilih format lagu berdurasi 4 menit karena praktikalitasnya. Lagu lebih panjang mengajukan tantangan bagi DJ radio, penggemar karaoke, bahkan pembuat ringtone.
Peran Path Dependency dalam Kebiasaan Durasi
Kebiasaan mempertahankan durasi yang sudah mapan ini mencerminkan konsep path dependency, sebuah teori ekonomi yang menggambarkan bagaimana pilihan awal memengaruhi perilaku jangka panjang. Setelah sebuah industri menetapkan standar, mengubahnya menjadi sangat sulit karena dampaknya meluas ke seluruh proses produksi, distribusi, dan konsumsi.
Industri musik dan film menjadi contoh fenomena ini. Misalnya, studio film enggan memproduksi film panjang karena seluruh ekosistem, dari storytelling hingga penjadwalan sesuai dengan durasi 90 hingga 120 menit. Film yang lebih panjang mengganggu jadwal bioskop, mengurangi jumlah pemutaran film dalam sehari.
Demikian pula, sebuah lagu berdurasi 10 menit mungkin kesulitan untuk mendapat perhatian. Stasiun radio akan menghindarinya, penggemar karaoke mungkin merasa lelah, dan daya jualnya untuk iklan atau media lainnya bisa berkurang. Bahkan film revolusioner seperti Once Upon a Time in America (yang awalnya berdurasi 6 jam) atau Kingdom of Heaven (lebih dari 3 jam) dipotong untuk penayangan, seringkali dengan mengorbankan integritas artistiknya.
Bagaimana Standar-Standar Terbentuk
Penciptaan "standar" tidak hanya terjadi pada TV dan musik. Misalnya, lebar rel kereta api dikatakan berasal dari lebar roda kereta Romawi, yang ditentukan oleh lebar dua kuda. Begitu pula, satuan ukuran di Tiongkok kuno didasarkan pada bagian tubuh manusia, seperti lebar jari atau panjang lengan, yang menyebabkan ketidakkonsistenan antar dinasti.
Sebaliknya, satuan ukuran modern seperti meter kini didasarkan pada ketelitian ilmiah. Meter awalnya didefinisikan sebagai sepuluh juta bagian dari jarak antara khatulistiwa dan Kutub Utara, dan kemudian disempurnakan menggunakan konstanta universal, seperti kecepatan cahaya.
Baik itu episode TV berdurasi 45 menit atau lagu berdurasi 4 menit, standar-standar yang tampaknya sepele ini adalah hasil dari faktor sejarah, teknologi, dan ekonomi. Seiring waktu, mereka menjadi mapan karena kenyamanan dan efisiensi yang mereka tawarkan. Meskipun kemajuan teknologi telah membuka kemungkinan baru, pengaruh tradisi dan sistem yang sudah terbentuk memastikan bahwa standar-standar ini tetap tertanam dalam budaya kita.