Kontinen Afrika mencakup sekitar seperlima dari total luas daratan di dunia dan menjadi rumah bagi ribuan spesies unik. Ketika berbicara tentang satwa liar Afrika, mungkin yang pertama kali terlintas adalah singa, zebra, anjing liar, dan gajah.


Namun, Afrika juga dihuni oleh berbagai hewan yang tak kalah menakjubkan, salah satunya adalah hartebeest, yang terkenal dengan "wajah panjang" mereka. Sebelum abad ke-20, populasi hartebeest hampir tersebar luas di seluruh benua Afrika.


Hartebeest menunjukkan kemampuan adaptasi yang luar biasa terhadap berbagai lingkungan, yang patut dipuji. Dalam hal ukuran tubuh, hartebeest memiliki panjang antara 160 hingga 180 sentimeter, tinggi dari bahu sekitar 120 hingga 133 sentimeter, dan beratnya berkisar antara 100 hingga 165 kilogram. Jika dibandingkan dengan "saudara-saudaranya" seperti kerbau Afrika dan impala, hartebeest memiliki tubuh yang lebih ramping. Hal ini memunculkan sebuah hipotesis biologis: "Di bawah kondisi yang sama, jika dua spesies dengan ukuran yang berbeda memiliki pasokan makanan yang sama, spesies yang lebih besar akan akhirnya mengalahkan spesies yang lebih kecil." Dengan kata lain, jika "menu" yang tersedia sama, spesies yang lebih besar akan menggantikan spesies yang lebih kecil dalam persaingan untuk bertahan hidup.


Namun, timbul pertanyaan menarik: Mengapa hartebeest, meskipun ukurannya lebih kecil dibandingkan "saudara-saudaranya" yang lebih besar, tidak mengalami penurunan jumlah populasi dan justru berkembang pesat di seluruh Afrika? Banyak tim peneliti yang menyelidiki kemampuan adaptasi hartebeest. Para ilmuwan berspekulasi: Apakah mungkin bentuk wajah panjang khas hartebeest yang memberikan peran penting dalam kelangsungan hidup mereka? Wajah hartebeest yang sempit dan memanjang, bahkan lebih ramping daripada wajah kuda, memberi keuntungan evolusi tertentu. Lalu, apa saja keunggulan struktur wajah semacam ini dalam seleksi alam?


Keunggulan Pertama: Meningkatkan Kewaspadaan terhadap Predator


Salah satu keuntungan bertahan hidup dari wajah panjang adalah jarak antara mata dan mulut yang relatif panjang. Sebagai herbivora yang hidup di lingkungan seperti padang rumput dan tepi sungai, hartebeest harus tetap waspada terhadap predator yang mengintai. Dengan wajah yang panjang, hartebeest dapat "mengawasi" area sekitar mereka sambil merumput dan minum, memantau potensi ancaman yang datang. Hartebeest dikenal sebagai hewan yang hati-hati dan pemalu, dan kemampuan untuk menghindar dengan cepat setelah mendeteksi bahaya merupakan salah satu strategi bertahan hidup mereka.


Keunggulan Kedua: Mempermudah Pemakanan pada Rumput Kering


Keunggulan bertahan hidup lainnya dari wajah panjang adalah kemudahan dalam memakan bagian rumput yang lebih mudah dicerna, terutama pada musim kering. Awalnya, hipotesis ini hanya merupakan dugaan, yang menyatakan bahwa struktur kepala yang ramping pada hartebeest memberi keuntungan dalam memilih bagian-bagian rumput yang masih bisa dimakan pada musim kering, sehingga memungkinkan mereka beradaptasi lebih baik dengan kondisi iklim padang rumput Afrika. Jika hipotesis ini benar, tentu ada perbedaan pola makan antara hartebeest dan "saudara-saudaranya" yang lebih besar pada musim kering. Apakah ini memang terjadi?


Selama dua tahun, para ilmuwan melakukan penelitian di Nazinga Game Ranch di Afrika Barat untuk mencari jawabannya. Di alam liar, hartebeest dan impala terkadang hidup dalam kelompok campuran, saling memperingatkan akan bahaya. Kedua spesies ini terutama memakan rumput, meskipun impala lebih besar dan jauh lebih berat dibandingkan hartebeest, menjadikannya perwakilan khas dari "saudara-saudaranya" yang lebih besar. Meskipun impala memiliki kepala yang lebih besar, panjang wajah mereka lebih pendek dibandingkan hartebeest jika dihitung proporsinya terhadap tubuh.


Penelitian dilakukan di sebuah cagar alam yang terletak di dekat garis lintang ke-10 utara, yang memiliki iklim padang rumput tropis dengan musim hujan dan kering yang jelas. Berdasarkan perubahan suhu pada musim kering, para peneliti membagi musim menjadi tiga jenis: musim hujan (Juni hingga September), musim kering yang menyenangkan (Oktober hingga Januari), dan musim kering yang panas (Februari hingga Mei). Mereka mengumpulkan kotoran dari hartebeest dan impala setiap bulan dan mengamati sisa tumbuhan di bawah mikroskop untuk mengetahui apa yang mereka makan sepanjang tahun.


Penelitian menunjukkan bahwa pada musim hujan yang subur, rumput-rumput seperti Andropogon dan Pennisetum mendominasi pola makan kedua spesies tersebut. Namun, ketika musim kering tiba, rumput-rumput ini menjadi kering dan keras, sehingga proporsi rumput dalam makanan baik hartebeest maupun impala menurun, meskipun penurunan ini terjadi dengan kecepatan yang berbeda. Proporsi rumput kering dalam makanan hartebeest tetap lebih dari 80%, sementara impala lebih memilih tumbuhan leguminosa dan Rubiaceae yang lebih lembut. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa hartebeest lebih mahir dalam memanfaatkan rumput musim kering dibandingkan dengan "saudara-saudaranya" yang lebih besar, dan ini menandakan bahwa mereka tidak bersaing langsung untuk bertahan hidup.


Saat ini, banyak ilmuwan yang sepakat bahwa wajah panjang pada hartebeest dan keuntungan-keuntungan bertahan hidup yang ditawarkannya adalah salah satu alasan mengapa spesies ini dapat berkembang pesat di Afrika. Melalui proses evolusi yang panjang, populasi hartebeest yang hidup di berbagai medan dan kondisi iklim telah mengembangkan ciri-ciri khas yang mendukung kelangsungan hidup mereka.


Apakah Anda penasaran mengapa bentuk wajah panjang hartebeest begitu menguntungkan dalam dunia satwa liar? Temukan lebih banyak rahasia adaptasi mereka yang luar biasa di alam Afrika!