Ada kecenderungan alami bagi individu untuk meniru orang yang dianggap lebih sukses, terutama mereka yang memiliki kekayaan, ketenaran, atau pengaruh yang lebih besar. Beruntung, banyak eksekutif teknologi, tokoh publik, dan figur kebugaran yang terbuka untuk membagikan rutinitas harian mereka, yang mereka klaim dapat mendukung produktivitas optimal dan keberhasilan yang berkelanjutan.
Namun, rutinitas seperti doa dan latihan pagi Mark Wahlberg, pendekatan unik Grimes terhadap kesejahteraan, taktik jadwal intens Elon Musk, atau pencarian Bryan Johnson untuk keabadian seringkali berlebihan dan tidak realistis bagi orang kebanyakan dan seringkali tidak didukung oleh bukti ilmiah.
Apa yang Memotivasi Para Tokoh Sukses untuk Menyusun Rutinitas Harian yang Ekstrem?
Pencarian Kontrol dalam Dunia yang Tidak Pasti
Para individu sukses, seperti CEO teknologi dan selebritas, sering kali mengikuti rutinitas ekstrem untuk mempertahankan kendali yang mereka rasakan atas dunia yang volatile dan tidak dapat diprediksi. Faktor-faktor seperti perubahan ekonomi dan tren media sosial dapat menciptakan rasa ketidakpastian dan ketidakstabilan, yang mendorong para tokoh ternama ini untuk mencari kebiasaan yang memberi mereka perasaan kontrol atas lingkungan mereka.
Rutinitas yang ketat ini memberi mereka struktur dan kendali di tengah kekacauan yang mereka hadapi, mengurangi rasa cemas yang muncul akibat ketidakpastian tersebut. Dengan mengikuti pola yang sangat teratur, mereka merasa bisa mengatur hidup mereka dengan cara yang dapat diprediksi, sehingga memberi mereka rasa aman di dunia yang sering kali penuh dengan hal-hal tak terduga.
Ilusi Kekuatan dan Keunggulan Sosial
Reaksi otak manusia terhadap uang sangat mirip dengan reaksi terhadap hadiah biologis penting, seperti makanan atau obat-obatan. Ketika rasa baru dari pencapaian tersebut memudar, beberapa orang mulai mencari cara untuk menegaskan superioritas mereka melalui rutinitas harian yang ekstrem, yang memperkuat status sosial mereka di antara rekan-rekan. Dinamika kelompok semakin memperburuk perilaku ini, mendorong individu untuk mengambil langkah-langkah lebih ekstrim dalam mengejar keberhasilan yang dipersepsikan.
Keinginan untuk mendapatkan validasi sosial dan merasa memiliki dominasi atas orang lain menjadi dorongan kuat, yang membuat seseorang mengadopsi pola hidup atau praktik yang belum tentu berdampak positif pada kesejahteraan mereka, namun dianggap sebagai simbol status. Pencarian keunggulan ini sering terlihat dalam bentuk kerja berlebihan, pengeluaran yang berlebihan, atau upaya yang tak kenal lelah untuk meraih kesempurnaan.
Di dalam masyarakat modern, keberhasilan sering kali diukur melalui tampilan luar, seperti kepemilikan barang, pencapaian, dan status sosial. Sebagai hasilnya, banyak orang yang semakin terjebak dalam kompetisi tanpa akhir untuk memenuhi standar yang mereka tetapkan, yang berisiko menurunkan kualitas hidup mereka. Pengejaran akan kesuksesan ini sering kali menjadi lingkaran setan yang tidak berujung, menyebabkan stres, ketidakpuasan, dan bahkan kelelahan.
Rutinitas Ekstrim dan Dampaknya pada Kesehatan Mental
Fenomena ini semakin diperburuk dengan adanya era digital, di mana kehidupan seseorang disorot dan dibagikan di media sosial. Hidup yang tampaknya sempurna di dunia maya hanya meningkatkan tekanan untuk mempertahankan fasad yang serupa di kehidupan nyata. Akibatnya, semakin banyak orang merasa cemas dan tidak puas dengan kondisi mereka sendiri, karena merasa hidup mereka tidak memenuhi standar yang mereka lihat dari kehidupan orang lain di media sosial.
Ilusi kesempurnaan ini memengaruhi psikologi individu, menyebabkan perasaan kekurangan dan ketidakpuasan, meskipun mereka sebenarnya telah mencapai banyak hal. Keinginan untuk terus tampil lebih baik dari orang lain sering kali menjadi sumber stres yang luar biasa, yang pada gilirannya dapat menurunkan kualitas hidup dan kesejahteraan mental.
Peran Keberuntungan dalam Kesuksesan
Meskipun rutinitas yang penuh tantangan sering digambarkan dalam narasi kesuksesan para tokoh terkenal, kenyataannya, keberuntungan juga memainkan peran yang sangat penting dalam pencapaian mereka. Kesempatan, koneksi sosial, dan keadaan yang menguntungkan sering kali berkontribusi besar terhadap kesuksesan, yang menantang anggapan bahwa hanya kerja keras dan disiplin yang membawa seseorang menuju puncak.
Kenyataan bahwa keberhasilan bisa dipengaruhi oleh faktor eksternal yang sulit dikendalikan ini sering kali diabaikan. Banyak individu yang merasa tidak nyaman untuk mengakui bahwa keberuntungan mempengaruhi jalannya kehidupan mereka, dan mereka lebih cenderung menekankan pada faktor kerja keras dan rutinitas sebagai penentu utama kesuksesan.
Rutinitas yang ekstrem ini bisa memberikan rasa kontrol dan keunggulan, namun kenyataannya, faktor-faktor eksternal dan keberuntungan tidak bisa diabaikan dalam perjalanan menuju kesuksesan. Mengakui bahwa keberhasilan tidak hanya berasal dari kerja keras, tetapi juga dari keadaan yang mendukung, dapat memberikan perspektif yang lebih seimbang dalam memahami apa yang sebenarnya mendorong pencapaian besar dalam hidup seseorang.
Pada akhirnya, rutinitas ekstrem yang diterapkan oleh para individu sukses bukan hanya tentang kerja keras atau disiplin, tetapi juga tentang pencarian kontrol dan pengaruh dalam dunia yang penuh ketidakpastian. Beberapa di antaranya mungkin bisa membawa manfaat, namun banyak yang tidak realistis dan bahkan bisa merusak kesejahteraan mental seseorang. Yang lebih penting, kita harus mengingat bahwa faktor-faktor lain seperti keberuntungan dan kesempatan sering kali berperan lebih besar daripada yang kita sadari.
Mungkin saatnya bagi kita untuk berhenti membandingkan diri kita dengan kehidupan orang lain yang tampaknya sempurna, dan lebih fokus pada pencapaian dan kebahagiaan pribadi yang sesuai dengan kondisi kita masing-masing.