Jason LaCroix, seorang insinyur sistem senior yang berbasis di Atlanta, merasa diberkahi bisa bekerja dari rumah, terutama karena dia adalah ayah dari dua anak kecil. Fleksibilitas ini memungkinkan dia untuk merawat anak laki-lakinya yang mengalami cedera otak, yang harus menjalani perawatan intensif selama 35 hari!


Namun, setelah dipecat dari pekerjaannya pada bulan Februari lalu, di mana dia telah bekerja secara jarak jauh selama lima tahun, LaCroix menemukan dirinya dalam peran baru yang mengharuskannya untuk berada di kantor empat hari seminggu. Perubahan ini memaksanya untuk menempuh perjalanan tiga jam setiap hari, yang membuatnya lebih sulit untuk menyeimbangkan pekerjaan dan kehidupan keluarga.


LaCroix adalah salah satu dari banyak pekerja yang kini menghadapi kenyataan kembali bekerja di kantor saat tahun baru dimulai. Setelah bertahun-tahun bekerja dari rumah akibat pandemi COVID-19, pekerja di berbagai industri, termasuk perusahaan teknologi besar seperti Amazon dan AT&T, kini dipanggil kembali untuk bekerja di kantor secara penuh. Bahkan, Presiden terpilih Donald Trump juga menjadi sorotan dengan janjinya untuk memecat pekerja federal yang tidak hadir bekerja secara langsung. Peralihan besar-besaran kembali ke kantor ini terjadi pada saat banyak pekerja telah menyesuaikan hidup mereka dengan fleksibilitas yang diberikan oleh kerja jarak jauh.



Bagi banyak pekerja, transisi ini jauh dari mudah. Menurut penelitian Mark Ma, seorang profesor bisnis di Universitas Pittsburgh, ketika perusahaan teknologi dan keuangan di S&P 500 menghentikan opsi kerja jarak jauh, tingkat perputaran karyawan meningkat tajam. Pekerja perempuan, yang sering bertanggung jawab atas pengasuhan anak, dan eksekutif senior, adalah kelompok yang paling terdampak.


Shavon Terrell-Camper, seorang pelatih kesehatan mental, menjelaskan bahwa setelah pekerja merasakan manfaat bekerja dari rumah, seperti dapat merawat orang tua yang sudah lanjut usia atau mengantar anak ke sekolah, kembali ke jadwal kantor yang kaku terasa tidak dapat dipertahankan bagi banyak orang.


Para ahli menyarankan agar pekerja menghadapi perubahan ini dengan mencari fleksibilitas dari pemberi kerja mereka. Pendekatan "hybrid" atau "pilihan karyawan," di mana tim secara kolektif memutuskan hari-hari mereka di kantor, dapat membantu mempermudah penyesuaian. Bagi mereka yang harus bekerja di kantor, menyesuaikan jam kerja bisa menjadi solusi potensial. Misalnya, LaCroix menyesuaikan jadwalnya untuk berangkat pukul 5 pagi agar dia bisa pulang tepat waktu saat anak-anaknya kembali dari sekolah.


Namun, tidak semua solusi ini bersifat resmi. Beberapa pekerja telah beralih ke teknik yang disebut “coffee badging” di mana mereka menggunakan kartu akses kantor untuk masuk, tetapi kemudian meninggalkan kantor dan melanjutkan bekerja dari rumah. Ini sering kali menjadi solusi sementara yang digunakan karyawan yang berusaha mempertahankan opsi kerja jarak jauh yang berharga.


Bagi karyawan dengan kondisi medis, seperti Kyle Ankney, seorang ahli strategi hubungan masyarakat yang mengidap cerebral palsy, kerja jarak jauh bukan hanya sebuah pilihan, melainkan kebutuhan. Ankney membutuhkan perawat untuk membantunya dengan tugas medis, yang hanya dapat diberikan oleh asuransi kesehatannya di satu lokasi tertentu. Dia harus terbuka dengan calon pemberi kerja mengenai kebutuhan kerja jarak jauh ini, meskipun percakapan ini tidaklah mudah.


Meskipun kembali ke kantor bisa terasa sebagai penyesuaian yang sulit, beberapa karyawan justru menemukan sisi positif dari perubahan ini. Interaksi tatap muka dapat memicu ide-ide kreatif yang mungkin tidak muncul dalam pengaturan virtual. Persahabatan antar rekan kerja juga dapat berkembang selama istirahat dan kegiatan sosial di kantor.


Manajer dapat memainkan peran penting dalam membuat transisi ini lebih mudah dengan menciptakan kesempatan untuk mempererat ikatan tim dan mendorong diskusi terbuka mengenai perubahan yang terjadi. Bagi banyak pekerja, menyeimbangkan kehidupan keluarga dan pekerjaan adalah prioritas utama. Seiring dengan berlanjutnya mandat kembali ke kantor, transparansi mengenai kebutuhan dan eksplorasi pengaturan kerja yang fleksibel akan sangat penting bagi karyawan yang ingin terus berkembang dalam kehidupan profesional dan pribadi mereka.


Sebagai kesimpulan, meskipun banyak pekerja yang menghadapi tantangan besar saat harus kembali ke kantor, adaptasi terhadap pengaturan kerja yang lebih fleksibel dapat membantu mereka menyeimbangkan tanggung jawab pekerjaan dengan kebutuhan keluarga. Dengan mendiskusikan secara terbuka kebutuhan ini dengan pemberi kerja, serta mengeksplorasi solusi seperti pendekatan hybrid atau fleksibilitas jam kerja, pekerja dapat lebih mudah menjalani masa transisi ini.