Tenis adalah olahraga yang memiliki sejarah panjang dan tradisi yang kaya. Namun, seperti banyak olahraga lainnya, tenis menghadapi tantangan dalam menarik perhatian generasi muda. Berdasarkan studi, usia rata-rata penonton WTA dan ATP kini berada di angka 50-an, dan tren ini semakin meningkat selama beberapa dekade terakhir.


Menjelang tahun 2030, penting untuk dicatat bahwa milenial dan Gen Z akan menyumbang 41% dari populasi global. Untuk menjaga relevansi dan jumlah penonton, tenis perlu merancang strategi baru untuk menarik perhatian penggemar muda. Strategi ini meliputi peningkatan keterlibatan di luar pertandingan melalui media sosial serta melakukan perubahan preferensi audiens muda yang lebih cepat.


Media Sosial: Menghubungkan dengan Generasi Muda Penggemar Tenis


Peran media sosial dalam menarik audiens muda sangatlah penting. Dalam dekade terakhir, platform social media telah merevolusi cara penggemar berinteraksi dengan pemain tenis, turnamen, dan olahraga itu sendiri. Pemain tenis papan atas seperti Rafael Nadal, Novak Djokovic, dan Serena Williams memanfaatkan platform media sosial mereka untuk tetap terhubung dengan pengikut mereka, berbagi wawasan tentang kehidupan sehari-hari mereka dan kepribadian mereka. Sebagai contoh, selama masa lockdown akibat COVID-19 pada tahun 2020, Nadal secara aktif memposting konten di media sosialnya, menjaga keterlibatan pengikut meski tidak ada pertandingan tenis secara langsung.


Penyelenggara turnamen juga semakin meningkatkan upaya mereka di media sosial. Turnamen besar seperti Wimbledon dan US Open bahkan merekrut manajer media sosial untuk menciptakan konten menarik. Pada tahun 2019, Wimbledon bekerja sama dengan untuk menjangkau penggemar muda, menciptakan konten eksklusif di balik layar. Selain itu, pada tahun 2021, Asosiasi Lawn Tennis (LTA) menyiarkan langsung pertandingan Billie Jean King Cup antara Inggris Raya dan Meksiko, ini adalah acara olahraga pertama yang disiarkan langsung di platform tersebut di Inggris.


Influencer juga menjadi mitra berharga dalam membawa tenis ke demografis yang lebih muda. Asosiasi Tenis Amerika Serikat (USTA) telah bermitra dengan lebih dari 100 influencer untuk berbagi cerita pribadi mereka dan berinteraksi dengan penggemar melalui media sosial. Demikian pula, Wuhan Open menunjuk mantan bintang tenis Li Na sebagai duta global, memanfaatkan platform streaming video Tiongkok, iQIYI, untuk merekrut relawan muda dan mempromosikan turnamen.


Dengan dominasi social media di kalangan Gen Z dan milenial, kedua platform ini menjadi kunci dalam menarik pemirsa muda. Studi seperti Voice of the Consumer: Digital Survey oleh Euromonitor International tahun 2021 menunjukkan bahwa 68% Gen Z dan 63% milenial menggunakan social media beberapa kali sehari. Pemain muda terkemuka seperti Naomi Osaka, Denis Shapovalov, dan Alexander Zverev juga telah memanfaatkan social media, menciptakan konten singkat yang menarik dan memikat yang resonan dengan teman sebaya mereka.


Inovasi Format Tenis untuk Menarik Audiens Muda


Selain keterlibatan di media sosial, perubahan format permainan tenis itu sendiri juga dapat membantu menarik pemirsa muda. Secara tradisional, tenis adalah permainan yang panjang dengan pertandingan yang bisa berlangsung berjam-jam. Namun, sifat permainan yang lambat ini mulai berubah. Salah satu inovasi utama dalam beberapa tahun terakhir adalah pengenalan shot clock.


Pertama kali digunakan pada Next Gen ATP Finals di Milan pada 2017, shot clock memberi pemain waktu 25 detik untuk melakukan servis. Aturan ini diadopsi oleh turnamen besar seperti US Open dan Australian Open untuk mempercepat permainan dan menarik pemirsa muda. Format yang lebih pendek, seperti Fast4 Tennis, juga diperkenalkan untuk membuat permainan lebih cepat. Berbeda dengan tenis tradisional, Fast4 mengharuskan pemain untuk memenangkan empat game dalam satu set, menjadikannya format yang lebih cepat. Meskipun sistem penilaian tradisional masih digunakan di turnamen Grand Slam, Fast4 telah diuji di turnamen kecil untuk mengukur daya tariknya. Tenis juga bereksperimen dengan sistem penilaian tanpa ad dan tanpa let untuk lebih mempercepat permainan.



Inovasi terbaru adalah Ultimate Tennis Showdown, yang diperkenalkan oleh pelatih Patrick Mouratoglou pada tahun 2020. Format baru ini membagi pertandingan menjadi empat kuarter, masing-masing berlangsung selama 10 menit. Pemain dengan poin terbanyak pada akhir setiap kuarter memenangkan segmen tersebut. Selain itu, pemain dilengkapi mikrofon selama pertandingan, dan wawancara langsung dilakukan di tengah permainan. Menurut Mouratoglou, format ini dirancang untuk memenuhi preferensi audiens muda yang menginginkan permainan yang lebih cepat dan membawa generasi baru penggemar.


Mencapai Keseimbangan yang Tepat untuk Masa Depan


Meskipun tenis berupaya menarik audiens muda melalui keterlibatan media sosial dan inovasi dalam format permainan, olahraga ini juga harus memastikan bahwa mereka tidak mengasingkan pemirsa yang lebih tua. Penonton yang lebih tua masih menjadi mayoritas audiens olahraga ini, dan kehilangan mereka dapat merugikan masa depan tenis.


Dengan menawarkan campuran format modern dan tradisional, tenis dapat memperluas basis audiensnya tanpa kehilangan esensinya. Baik melalui pertandingan yang lebih cepat atau keterlibatan media sosial yang lebih imersif, olahraga ini memiliki potensi untuk berkembang di era digital dan memperluas penggemarnya di berbagai generasi. Pada akhirnya, tenis dapat berevolusi untuk memenuhi permintaan pemirsa muda sambil tetap berpegang pada sejarah dan tradisi yang telah membuat olahraga ini sangat disukai selama ini.