Burung hantu, yang tergabung dalam ordo Strigiformes, merupakan kelompok burung yang penuh misteri dan pesona. Salah satu ciri khas burung hantu adalah matanya yang besar dan menghadap ke depan, membedakannya dari burung lain. Susunan bulu di sekitar kepala mereka membentuk cakra wajah yang khas, dan beberapa spesies bahkan memiliki bulu menyerupai telinga.


Nama "burung hantu" sendiri berasal dari bentuk kepala mereka yang lebar dan datar, mirip dengan kepala kucing. Mereka adalah makhluk yang penuh teka-teki, dengan kemampuan luar biasa untuk melihat dalam kegelapan, menangkap mangsa, dan mengeluarkan suara yang terdengar menyeramkan.


Namun, apa yang membuat burung hantu mampu melihat dalam kegelapan total? Beberapa waktu lalu, ada yang berpendapat bahwa burung hantu bisa melihat cahaya inframerah, yang memungkinkan mereka melihat di malam hari. Namun, hipotesis ini dibantah oleh Hecht, yang melakukan eksperimen untuk mengukur respons pupil burung hantu. Ia menemukan bahwa meskipun cahaya inframerah yang sangat intens, jauh lebih dari apa yang bisa dilihat manusia, tidak menyebabkan kontraksi iris burung hantu. Sebaliknya, cahaya tampak yang menyebabkan pupil mereka menyusut.


Untuk menjelaskan lebih lanjut, ketika siang hari yang terang, iris burung hantu akan mengerut untuk membatasi jumlah cahaya yang masuk ke mata. Sementara itu, dalam kondisi gelap, iris mereka akan melebar, memungkinkan lebih banyak cahaya masuk. Para ilmuwan kemudian menggunakan respons pupil ini untuk mengukur kurva sensitivitas spektral penglihatan burung hantu, yang ternyata mirip dengan manusia. Selanjutnya, Dice melakukan eksperimen perilaku untuk menguji apakah burung hantu bisa melihat cahaya inframerah. Ia menemukan bahwa burung hantu dapat dengan tepat menemukan mangsa (seperti tikus mati) dalam kondisi pencahayaan rendah, dengan kontras tertentu antara tikus dan lantai. Eksperimen ini tidak melibatkan inframerah atau suara, yang berarti burung hantu tidak menggunakan keduanya untuk mendeteksi target mereka.


Dalam kondisi yang serupa, subjek manusia membutuhkan cahaya 10 hingga 100 kali lebih banyak untuk dapat melihat tikus-tikus tersebut. Hal ini membuat Dice menyimpulkan bahwa penglihatan burung hantu memiliki sensitivitas 10 hingga 100 kali lebih besar dibandingkan manusia. Salah satu fitur paling mencolok dari burung hantu adalah mata mereka yang besar dan bulat, yang memakan sebagian besar ruang kepala mereka. Mata yang besar berarti pupil yang besar, yang memungkinkan lebih banyak cahaya masuk. Selain itu, mata burung hantu dipenuhi sel-sel yang sangat peka terhadap cahaya redup, yang memudahkan mereka melihat garis-garis dan pergerakan dalam kegelapan. Di balik mata mereka, terdapat lapisan reflektif yang meningkatkan intensitas cahaya yang masuk, menjelaskan mengapa mata burung hantu bisa tampak menyala di kegelapan.


Namun, burung hantu tidak hanya mengandalkan penglihatan mereka yang luar biasa. Mereka juga memiliki kemampuan pendengaran yang sangat tajam. Telinga burung hantu bersifat asimetris, dengan ukuran, bentuk, dan posisi yang berbeda di kedua sisi kepala mereka. Hal ini memungkinkan burung hantu menentukan arah dan jarak sumber suara dengan membandingkan waktu dan intensitas suara yang diterima oleh masing-masing telinga. Kemampuan ini sangat berguna saat mereka berburu mangsa kecil di malam hari, bahkan memungkinkan mereka mendeteksi mangsa yang tersembunyi di bawah salju tebal sekalipun.


Burung hantu memang merupakan makhluk yang luar biasa. Kemampuan mereka dalam melihat di kegelapan, pendengaran yang tajam, kemampuan terbang yang anggun, serta keterampilan berburu yang efisien membuat mereka menjadi predator yang sangat terampil. Mereka juga menunjukkan perilaku yang beragam dan memiliki makna budaya yang dalam dalam banyak kebudayaan di seluruh dunia. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk menjaga dan melindungi burung hantu agar mereka dapat terus hidup dan berkembang di dunia yang indah dan penuh keajaiban ini.